Aktivis Muda Muhammadiyah: "NU Dan Muhammadiyah Harusnya Malu"

FAKTA saat ini Front Pembela Islam (FPI) berhasil mengambil peran riil politik umat Islam. Aksi Damai 411 dan Aksi Super Damai 212 membuktikan peran sentral FPI. Sementara NU dan Muhammadiyah yang sering disebut sebagai representasi Islam di Indonesia justru cenderung tak mampu mengambil peran keumatan secara riil dan senapas dengan kepentingan umat kebanyakan.


Sebagai representasi Islam di Indonesia, harusnya NU dan Muhammadiyah itu malu ketika peran-peran politik keumatan justru diambil alih oleh kelompok-kelompok Islam non-mainstream, seperti FPI. Lalu di mana NU dan Muhammadiyah? Lalu di mana peran tokoh-tokoh jamiyah (struktural) NU dan Muhammadiyah di kala umat membutuhkan peran riilnya dalam konteks politik keumatan?

Jangan hanya bisa dan gampang mengklaim kuantitas umat sebagai anggota kelompoknya, tapi giliran umat membutuhkannya, jangankan dibela dan dilindungi, yang ada malah umpatan dan penyudutan. Ketika mereka yang melakukan Aksi Damai 411 dan Aksi Super Damai 212 disudutkan sedemikian rupa oleh kalangan islamophobia dan sekularis sebagai kelompok intoleran, radikal, anti Pancasila, dan anti NKRI, kebanyakan elit dua organisasi besar -terutama NU- seakan mengamini begitu saja. Padahal jelas, secara tradisi keagamaan, peserta dan umat inilah yang selama ini diklaim NU dan Muhammadiyah sebagai kelompoknya.

Selama ini NU dan Muhammadiyah kerap mengklaim masing-masing beranggotakan 60 juta dan 40 juta. Bahkan belum lama NU mengklaim anggotanya lebih dari 100 juta. Klaim NU tentu sederhana, yang suka tahlilan dan maulidan, serta subuhnya pakai qunut berarti NU. Dan saya yakin, peserta terbesaar Aksi Damai 411 dan Aksi Super Damai 212 adalah mereka umat yang familiar dengam ketiga tradisi keagamaan tersebut. Tapi anehnya jamaah NU ini justru disudutkan begitu rupa.

Kalau sikap NU dan Muhammadiyah tidak berubah, ke depannya mestinya tak usah lagi mengklaim mereka sebagai bagian dari kelompoknya. Dan saya yaqin, kalau mendasarkan pada keanggotaan resmi yang ditandai dengan kartu anggota, baik KARTANU maupun KATAM, anggotanya tidak sampai 2 juta.

Sekali lagi, harusnya NU dan Muhammadiyah itu malu, ketika justru FPI tampil mendomisili dalam peran-peran politik keumatan. [***] (rmol)

Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasy
Penulis adalah aktivis muda Muhammadiyah