Ketika Allah Berkehendak

Berita Islami - Hari yang ditunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Para undangan berangsur-angsur memenuhi ruang aula gedung di bilangan Jakarta Selatan tersebut. Kelihatannya bakal ada perhelatan besar nih. Yang pasti bakalan banyak ‘gubug2 derita’ nih, jadi bisa nyobain satu2. Apalagi yang punya hajatan kayaknya pejabat nih, wow pasti makanannya uenak2 nih. Mmmm, aku nyobain apa dulu ya… oh iya kayaknya dah lama gak ngerasain Zuffa Soup atau Kambing Guling dulu ya atau Dimsum atau …. Pliss deh…  kok jadi ngomongin makanan sih.

Rencananya waktu pelaksanaan akad nikah akan dimulai sekitar jam 09.00 pagi. Tapi… sudah hampir jam 9 begini kok ga ada tanda2 calon mempelai pria dan keluarganya akan datang ya. Terlihat jelas betapa calon pengantin wanita dan keluarganya tampak demikian cemas demi menanti kedatangan sang calon pendamping hidup serta besan.

Tik..tok..tik…tok.. suara jam seolah terdengar demikian keras di tengah heningnya suasana penantian seperti itu. Waktu sudah menunjukkan jam 09.15, mulailah kegelisahan2 itu semakin terlihat. Suasana sedikit berubah menjadi agak riuh, terdengar samar2 beberapa ibu tengah berbisik-2 seolah sedang membicarakan momen yg tengah berlangsung tersebut. Tiba-tiba suasana terdengar agak gaduh di pintu masuk aula gedung…. Rupanya seseorang dating dengan sedikit terburu-2 sambil membawa sebuah pesan. Suasana terlihat tegang di depan, keluarga mempelai wanita khususnya sang ayah sedang berdebat dengan orang yg baru dtg tersebut.

Ada apa sih…. aku jadi penasaran nih. Sedikit2 aku coba mendekat dan mencari tahu apa yang sedang terjadi.

BRAKK..!!! Terlihat jelas sang ayah tengah menggebrak meja recepsionis di depan orang tersebut. “Sungguh pak…suwer, saya hanya di utus untuk datang membawa pesan ini pak. Soal lainnya saya gak tahu menahu deh ”, orang tersebut segera menyerahkan selembar amplop kepada sang ayah. Segera ia bergegas meninggalkan tempat tersebut.

Setelah membuka amplop tersebut, terlihat jelas wajah sang ayah memerah dan giginya bergemeretakan seolah menahan marah yang amat sangat. Wah…. Apa isi suratnya ya? Naluri intel-ku jadi terusik nih. Terlihat sang ibu memegangi kepalanya seperti hendak pingsan… dan ternyata tak lama dia emang pingsan beneran. Bertambah gaduhlah suasana, sang pengantin wanita dengan gaun pengantin muslimahnya tampak terduduk lemas sambil memegang sehelai saputangan yang berulang kali ia gunakan untuk mengusap airmata yg kerap meleleh membasahi pipinya. Selidik punya selidik, ternyata calon pengantin pria dan keluarganya dpastikan tidak bisa hadir dengan alasan yang tidak jelas.

Makin rame deh suasana. Sang ayah dan juga anggota keluarga yang lain berusaha menenangkan sang putrinya dan juga suasana di gedung tersebut. Terlihat keluarga besar mereka berkumpul seperti sedang membicarakan sesuatu.

Kayaknya bakal ada kejutan lain nih… begitu naluri intelku berbicara.

Kira2 setengah jam berlalu, akhirnya sang ayah tampil dihadapan. Suasana hening sejenak,“Bapak2 dan ibu serta para undangan yang kami hormati. Sebelumnya kami mohon maaf atas ketidak nyamanan yang bapak ibu rasakan. Seperti bapak ibu mafhum, calon besan dan pengantin pria ternyata berhalangan dan tidak bisa hadir disini. Bagi keluarga kami ini adalah pukulan yang sangat berat, kehormatan keluarga kami dipertaruhkan disini. Kami sekeluarga telah berunding dan mencoba mencari solusi yang baik bagi keluarga kami. Setelah melalui pertimbangan yang matang kami sekali lagi keluarga besar mohon maaf kepada bapak ibu sekalian. Kami memutuskan untuk…..”, tiba2 terlihat suasana agak ramai, pidato sang ayahpun terputus.  Dari kerumunan tamu muncullah seorang pemuda, hmm… kelihatan sekali deh nih orang dari penampilannya cool banget. Pake baju koko batik, wajahnya bersih pembawaannya tenang… wahhh gw banget.. (hehe pisss). Tampak ia sedang berbincang dengan sang ayah, sayang aku gak bisa mendengar apa yang tengah mereka bicarakan. Tapi setelah itu nampak sang ayah mengumpulkan kembali keluarga besarnya. Sang pemuda Nampak duduk tenang sambil sesekali terlihat mulutnya seperti sedang berdzikir. Bener-2 cool….

“Bagaimana pak?” Tanya sang pemuda, nah yang ini aku bisa denger soalnya posisiku dah deket dengan mereka. “Kami bersyukur dengan kehadiran adik, kami telah bicarakan semua usulan adik termasuk dengan putri kami. Alhamdulillah salah satu kerabat kami ternyata juga mengenal anda dan keluarga anda dengan baik. Dan ia juga mendukung usulan adik tersebut. Yang lebih penting adalah kami juga telah menanyakan kepada putri kami dan setelah dia mellihat sendiri bagaimana adik dan dukungan dari beberapa kerabat yg lain, disamping juga ternyata adik pernah satu kampus dan sama2 aktif disana. Maka, akhirnya kami beserta keluarga dalam waktu yg singkat ini telah memutuskan untuk menerima adik sebagai calon menantu kami. Kami sangat berterima kasih yang sebesar2nya kepada adik dan keluarga yang telah menyelamatkan muka keluarga kami”. “Alhamdulillah….”, demikian sang pemuda berucap sambil seraya bersujud syukur.

Oh… ternyata itu toh yg tengah terjadi… tau begini gw juga mau tuh maju (Hmmm.. sekarang aja lo bilang begitu, tadi kemana aja coyy). Suasanapun jadi kembali sedikit ramai. Wahh, asik juga tuh cowok… ga pake modal bisa ngawinin anak orang kaya, pejabat lagi… (weww lo sirik aje, pikiran lo makanan  aja sih dari tadi).

Yahh… singkat cerita aja deh ya, pernikahanpun akhirnya jadi dilaksanakan walaupun dengan pengantin pria yang berbeda. Nah… tau gak apa yg gw pikirin dengan kejadian di atas. Pertama, gw kasihan aja sama petugas KUA-nya, pasti dia bingung karena nama pengantin prianya kagak sama dengan data yg dia pegang. Kedua, tuh cowok mau ngasih Mahar berupa apa ya??? Ketiga, bagaimana ya reaksi keluarga si cowok karena mereka taunya tuh anak pergi kondangan... koq pulangnya malah jadi penganten?

Udah deh… emang begitu kali ya, jika Allah sudah berkehendak terhadap segala sesuatu. Apa yang kelihatannya bakal terjadi kekacauan ternyata dengan sekejap mata berubah menjadi kebahagiaan. Dan satu hal yang pasti, bahwa tak satupun makhluk atau kekuatan apapun di dunia ini yang dapat menghentikan kehendakNya.

*Inspired by true event

By: Rindro Abuhafizh