Mengapa Banyak yang Bertaubat dan Masuk Islam setelah Hadiri Majlis Dzikir? Inilah Jawabannya

Dzikir berarti menyebut dan mengingat. Dzikrullah menyebut dan mengingat Allah SWT. Dzikir yang baik mencakup dua makna di atas; menyebut dan mengingat. Paling baik adalah dzikir dengan lisan sambil menghadirkan hati.



Alangkah berkahnya majlis ilmu dan dzikir. Alangkah bahagianya kaum Muslimin yang senantiasa menghadiri dan berupaya sungguh-sungguh untuk menjadi bagiannya. Bahkan, bagi siapa yang hanya lewat lalu menaruh simpati, ada balasan agung yang berhak mereka terima.

Kumpulan terbaik di muka bumi ini adalah majlis ilmu dan majlis dzikir. Majlis ini senantiasa dihadiri oleh para malaikat. Mereka berbaris rapi bershaf-shaf hingga langit dan senantiasa mendoakan ahli ilmu dan ahli dzikir yang hadir. Allah Ta’ala pun senantiasa menyebut dan membanggakan nama hamba-hamba-Nya yang khusyuk di dalam munajat dan kajian di majlis dzikir dan majlis ilmu.

“Dzikir itu,” tutur Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham, “(merupakan) energi dahsyat yang membawa hijrah ‘min azh-zhulamaati ila an-nuuri’, dari kegelapan menuju cahaya Allah, kemuliaan, dan kebenaran Islam.”

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah dengan menyebut (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu). Agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (keimanan). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Qs al-Ahzab [34]: 41-43)

Itulah perintah agung untuk memperbanyak dzikir kepada Allah Ta’ala di sepanjang pagi dan petang hari, kapan saja, dalam keadaan bagaimanapun juga. Dzikir hendaknya menjadi nafas bagi orang-orang beriman yang besar kecintaannya kepada Allah Ta’ala.

”Sesungguhnya bagi setiap segala sesuatu terdapat alat pembersihnya. Dan sesungguhnya alat pembersih hati (jiwa) adalah dzikir kepada Allah Ta’ala. Dan tidak ada sesuatu yang lebih menyelamatkan dari siksa Allah Ta’ala daripada dzikrullah” (Hr Imam al-Baihaqi)

Bukankah hati kita buram, kelam, hitam, dan kotor? Bukankah kesalahan kita bertumpuk, banyak, dan tidak terhitung? Maka, apa yang menghalangi diri ini untuk bergegas meminta ampun atas segala dosa dan membersihkan karat hati dengan senantiasa mengingat nama Allah Ta’ala dalam berdiri, duduk, dan berbaring?

“Inilah jawaban,” pungkas Pimpinan Majlis az-Zikra menjelaskan, “mengapa banyak saudara saudara kita yang bertaubat dan masuk Islam setelah mendengar, melihat, dan hadir di dalam majlis zikir.”

“Merupakan fitrah bagi tubuh ini yang merupakan Ciptaan-Nya untuk senantiasa menyebut Penciptanya sehingga menjadi tersentuh, bergetar, sadar, insyaf, lalu menangis dan menyesal atas apa yang diperbuat selama ini. Kemudian rindu rahmat kasih sayang dan Ampunan-Nya. Akhirnya merasakan kenikmatan dan kebahagiaan hidup dalam taubat nashuha di Jalan-Nya.” pungkas dai yang amat menyukai baju putih sebagai salah satu wujud menjalankan sunnah ini.


Ya Allah, mudahkan dan kuatkan kami untuk senantiasa berdzikir kepada-Mu. Aamiin.

Wallahu a’lam.

Sumber: bersamadakwah.net