NIKAH MURAH... Emang Bisa??


Ambil pelepah di tepi sawah, pelepah pisang pembungkus ikan
Mau nikah tapi murah? Dari sekarang ayo siapkan

Berita Islam - Dulu ketika saya pertama kali menikah (lho emang udah dua kali ya?), saya pikir itu sudah sederhana sekali. Jangankan ‘nanggep’ orkes, bikin undangan saja tidak. Hanya ‘getok tular’ dari mulut ke mulut. Tidak ada dekorasi yang mahal, hanya tempelan-tempelan kaligrafi dari kain beludru dan dekorasi kamar pengantin saja. Serta tenda berikut kursinya yang tidak terlalu besar dan sederhana saja. Dan tahu nggak sob? Itu semuanya boleh pinjam! Sampe ke kotak buat angpau-nya. Kebetulan teman-teman dan saudara dari istri waktu itu memang punya perlengkapan tersebut. Untuk hiburan musiknya hanya mengandalkan sebuah mini compo dan beberapa kaset nasyid (What??!! masih pake kaset? ketauan umurnya nih). Itu juga kadang saya sendiri yang gonta-ganti kasetnya. Hehe nggak juga ding, gantian sih sama yang laen…

Sampai malam terakhir menjelang hari H keesokan harinya, saya dan beberapa teman masih sibuk mepersiapkan dekorasi yang sangat sederhana tersebut, termasuk dekorasi untuk kamar pengantinnya.

Beberapa tahun kemudian, kami menghadiri pernikahan kawan kami di Ciseeng, Bogor. Sepanjang jalan dari pasar Parung sampai Ciseeng, kami tek henti tengak tengok kiri dan kanan untuk melihat kalau-kalau ada janur yang ditempeli nama dari pasangan kawan kami tersebut. Sampai dengan lokasi yang disebutkan dalam undangan, kami masih belum mendapatkan janur yang bertuliskan nama kawan kami itu. Sampai sempat terlewat lokasi pernikahannya sampai beberapa puluh meter jika saja kami tak menelepon, mungkin tak akan pernah sampai.

Ketika sampai di lokasi… Masya Allah, sungguh diluar dugaan kami. Yang kami bayangkan ketika berangkat dari rumah adalah sebuah pernikahan yang umumnya diselenggarakan oleh masyarakat kita (ada tenda, kursi, meja prasmanan yang panjang, pondok-pondok kue dan snack, dan tak ketinggalan janur kuning). Apa yang kami dapatkan di rumah kedua mempelai pengantin tersebut sungguh diluar dugaan. Andai saja pasangan pengantin tersebut tidak menggunakan pakaian pengantin, maka kami tak akan pernah tahu bahwa di rumah tersebut sedang diadakan ‘perayaan' sebuah pernikahan yang sakral tapi sederhana !

Bagaimana menurut kamu sob? Masihkah berfikir ‘mahal’ untuk sebuah pernikahan yang sakral? Sebenarnya semua tergantung kita, bagaimana kita mempersiapkan dan mengkondisikan hal tersebut kepada keluarga kita. Dalam hal ini biasanya peran calon mempelai perempuan sangat besar untuk mengkondisikan keluarganya dalam hal ini kedua orang tuanya agar mereka bisa dan mau memahami bagaimana pernikahan yang sederhana itu. Tentunya standar ‘kesederhanaan’ itu akan berbeda2 setiap orang. Contohnya, coba deh tanya standar pernikahan sederhana ala Aburizal Bakri yang menghabiskan uang puluhan milyar dan standar kesederhanaan Mpok Siti pedagang ikan asin di pasar yang bisa ngawinin anaknya di acara nikahan massal sudah merupakan hal yang mewah baginya. Hmmm… seperti bumi dengan langit khan?

It’s oke, itu karena kita bicara soal kepentingan dan image, maka pernikahan keluarga Aburizal Bakri yang demikian ‘sederhana’ nya menjadi hal yang biasa demikian pula pernikahan ‘mewah’ ala Mpok Siti.

Nah sekarang khan banyak nih ikhwan atau cowok-cowok yang udah pada ngebet banget pengen kawin... eh, nikah tapi modal serba pas-2an. Ntar giliran ta’aruf dan ditolak sama pihak keluarga/akhwat atau ceweknya… Kesal deh, galau deh, update status macem-macemlah di FB, seolah ingin seluruh dunia tahu tentang 'derita' dirinya. Sebenarnya ini bisa kita siasati. Coba baca lagi pantun di atas…. Nah itu sob maksudnya! Kembali ke peranan pihak perempuan yang besar dalam pengkondisian kepada keluarganya tentang nikah dengan budget murah agar tidak memberatkan calon pasangan pria. Pinjam istilah A’a Gym… Mulai dari yang kecil, Mulai dari diri sendiri dan yang penting…. MULAI DARI SEKARANG. Karena kalo gak dimulai pengkondisian dari sekarang dan hanya pake system dadakan, belum tentu cara ini akan berhasil. Kecuali jika ortu kamu memang orang yang sederhana dan gak neko2 soal pernikahan anaknya. Tapi umumnya kebanyakan ortu pihak perempuan itu inginnya pernikahan dilaksanakan dengan semeriah mungkin, karena biasanya hal ini terkait dengan gengsi dan tradisi. Saya jadi inget ketika mendampingi seorang teman ketika ta’aruf dengan keluarga akhwat. Pihak ortu sangat ingin pernikahan dirayakan dengan meriah, minimal sekian puluh JT (juta) lah. Teman saya itu kebetulan orangnya rada tegas (dan juga kere), berusaha menjelaskan bahwa dia tidak ada dana sebanyak itu dan hanya punya beberapa JT saja. Pembicaraan mereka pun tak ada titik temunya sampai akhirnya teman saya tersebut berkata… “Baik pak, saya sudah jelaskan kemampuan finansial saya. Jika bapak mau terima, saya akan teruskan, tapi jika tidak, maka cukup sampai disini!”. Sudah bisa ditebak kan jalan ceritanya? Teman saya itu akhirnya menikah juga…. Tapi dengan akhwat lain yang keluarganya mau menerima kondisinya apa adanya.

Tuh…. penting khan mengkondisikan keluarga dari sekarang? Walaupun mungkin saat ini kamu masih belum ada calon mempelai prianya, tapi mempersiapkan diri jauh2 hari toh gak ada salahnya juga. Kita bisa memberikan kemungkinan-kemungkinan yang ‘terburuk’ pada kedua ortu kita. Tapi kalo ortu kamu Tajir dan orangnya royal atau justru kamunya sendiri yang tajir dan mau modalin… ya gak perlu juga kali.

Sebenarnya sih penting gak penting juga. Penting jika ternyata calon suami kamu kantongnya pas-pasan (masih syukur klo kantongnya gak bolong), tapi gak penting ketika kamu dapat calon suaminya yang tajir. Soalnya proses kayak begini kadang biasanya bikin seseorang jadi sensi ketika menemui kegagalan (baik cowok maupun cewek). Ujung-2nya ya itu tadi, jadi saling menyalahkan satu sama lain. Walaupun nyalahinnya gak didepannya langsung, tapi khan yang kayak begini gak penting amat gitu loh.

So... gimana sob? Saya yakin kamu dan kita semua pasti bisa. Dan tentunya gak lupa juga berdoa sama Allah agar dibukakan pintu hati semua pihak khususnya kedua ortu kita. Lain ceritanya dah kalo kamu sendiri emang yang mau nikahnya dirayakan secara meriah dan besar-besaran, klo yang kek gini… siap-siap deh cari calon suami yang banyak banda (harta) nya yang minimal dia pengusaha atau pegawai yang gajinya paling sedikit 15 – 20 Juta per bulan (eh.. kurs dollar sekarang berapa ya?).

Bang Armu ke Pasar Minggu, sampe disana beli laptop
Klo kamu emang setuju, ayo kita jalanin sob


By: Abuhafizh Rindro